• Home
  • Pesona Kain Tenun Adat Bayan Yang Sakral

Pesona Kain Tenun Adat Bayan Yang Sakral

Tidak hanya anggun karena aneka corak dan warna, kain norma Bayan pula menyematkan makna dan sakralitas pada setiap detail pembuatan & penggunaannya. Mau memahami?

Masyarakat Adat Bayan di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, mempunyai khasanah kekayaan kultural pada hal sandang adatnya.

Raden Sawinggih (40) salah  seorang tokoh pemuda norma Bayan mencatat, galat satu pakaian tata cara yg relatif terkenal dalam tradisi masyarakat istiadat Bayan adalah Jong Bayan.

Lebih jauh, Sawinggih menjelaskan tentang makna Jong yg sejatinya merupakan penutup ketua yang dikenakan sang perempuan   pada program-program sakral pada Bayan. Sementara Memenjong adalah sebutan buat cara menggunakan kain Bayan bagi laki-laki , yakni membuat ujung kain diarahkan meruncing jatuh ke bawah.
Masyarakat istiadat Bayan yang dikenal sebagai penganut filosofi agama sinkretis Wetu Telu ini mensakralkan proses pembuatan aneka kain buat sandang norma. Di antaranya pembuatan kain Umbaq Kombong, kain Kagungan, & kain Bebo.

"Seluruh proses penenunan kain-kain untuk pakaian norma dilakukan melalui ritual-ritual eksklusif oleh penenun terbaik pada Bayan. Dalam pengerjaannya, kain-kain itu nir boleh ditenun asal-asalan,"

Tidak hanya dalam proses penenunan, istilah Sawinggih, mistifikasi terhadap Kain Bayan pula terefleksi melalui makna-makna kombinasi rona pada kain tenunnya.

Warna hitam bermakna kekuatan, melambangkan warna bumi dan tanah. Warna merah melambangkan darah yang berarti berani dan rona putih yang berarti kesucian dan melambangkan interaksi keagamaan dan ketuhanan.
Warna kuning merupakan rona padi yg melambangkan kemakmuran. Hijau melambangkan rona daun yang berarti kelestarian. Sedangkan biru adalah warna air bahari & warna langit yang merefleksikan makna ketenangan & ketentraman.

Salah satu cara khas pada memakai pakaian adat Bayan saat mengenakannya adalah disembunyikannya tangan sebelah kiri, baik laki-laki  maupun wanita.

Hal itu memiliki nilai kearifan bahwa ketika menaruh sesuatu kepada orang lain menggunakan tangan kanan, maka dihentikan sekali berharap sesuatu pulang terhadap apa yg telah diberikan kepada orang lain.

"Local wisdom ini disimbolkan dengan menyembunyikan tangan kiri pada kembali Sampur atau Dodotrejasa waktu mengenakan pakaian tata cara Bayan," celoteh Sawinggih.
Selain itu, tangan kiri identik dengan memegang hal-hal yang bersifat kotor atau mengisyaratkan keburukan. Menyembunyikan tangan kiri bermakna jangan selalu mengumbar keburukan di depan orang banyak, baik keburukan diri sendiri, famili, juga keburukan orang lain.

Nah, jika traveler menyempatkan diri ke Lombok, sambil menikmati desa wisata yang terdapat pada Bayan, cobalah mampir ke Dusun Bayan Timur, Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Di sana terdapat Sanggar Jajaq Bayan yg intens melestarikan budaya tata cara Bayan pada generasi belia melalui proses pembuatan kain tenunnya.