• Home
  • DESA SIGENTER

DESA SIGENTER

Tak hanya kebudayaannya saja yang unik, Suku Sasak ternyata juga mengenal ilmu tata ruang sejak jaman lampau. Terlihat dari kearifan mereka dalam menata ruang pemukiman. Berkunjung ke Desa Segenter, Anda akan menyaksikan rumah-rumah tradisional Suku Sasak yang tertata dengan rapi. Seakan-akan Anda sedang berada di real-estate bernuansa tradisional.

Pulau Lombok dengan penduduk sukunya, yaitu Suku Sasak, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tak cuma tempat wisata Pulau Lombok yang mengagumkan, namun kebudayaannya yang unik juga menimbulkan rasa penasaran. Di Pulau Lombok ini, terdapat dua tempat yang dikenal sebagai pemukiman adat Suku Sasak. Yaitu Desa Adat Sade dan Desa Adat Segenter. Desa Adat Sade terletak di Lombok bagian Selatan, termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan Desa Adat Segenter terletak di sisi Pulau Lombok bagian Utara, berada di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Dari kedua desa tersebut, Desa Adat Segenter berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Karena keasliannya mulai pudar. Berkunjunglah ke Desa Adat Segenter selagi Anda masih bisa menyaksikan peninggalan kebudayaan dan kearifan lokalnya.

Desa Adat Segenter lebih mudah dikunjungi melalui jalur pantai Barat Pulau Lombok, dengan jarak sekitar 90 Kilometer dari Kota Mataram. Dengan kendaraan pribadi, Anda bisa menempuh rute Mataram-Senggigi-Pemenang-Tanjung-Selengen-Segenter. Ketika telah mencapai Km 87, Anda akan menemui rambu jalan yang menunjukkan arah ke Desa Segenter. Desa Adat Segenter letaknya tak jauh dari Desa Bayan.

Gerbang Masuk di Desa Segenter, LombokSebelum memasuki Desa Segenter Anda akam menemui semacam plasa “selamat datang”, yang dibangun oleh pemerintah. Di sebelah Barat, ada sebuah bangunan yang sebenarnya berfungsi sebagai Pusat Informasi. Namun bangunan tersebut nampak rusak karena minimnya perawatan.

Untuk memasuki Desa Adat Segenter, Anda akan melewati gerbang yang terletak setelah plasa. Gerbang ini merupakan satu-satunya pintu masuk dan keluar dari Desa Segenter. Desa Segenter yang memiliki luas sekitar 3 Hektar ini dikelilingi oleh pagar, dan hanya mempunyai 1 pintu. Memasuki Desa Segenter, Anda akan menemui deretan rumah yang tertata rapi. Deretan rumah tersebut mengapit deretan Berugak yang ada di tengah.

Rumah tradisional Suku Sasak umumnya berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 6×7 Meter. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, namun sekarang sudah ada beberapa rumah yang berdinding batu bata. Keduanya masih beratap tradisional, yaitu berbentuk limas dengan atap ilalang. Semua rumah adat tersebut masih berlantai tanah.

Di dalam rumah biasanya terdapat dapur, Amben Belek (tempat peralatan dapur), tempat tidur, serta Inan Belek. Inan belek ini merupakan ruangan istimewa. Ruangan ini dibangun sebagai ruangan khusus, dengan lantai kayu yang agak tinggi. Biasanya ruangan ini dipakai khusus untuk pengantin baru, sampai hari ketiga. Jika sebuah rumah tidak mempunyai Lumbung, Inan Belek juga bisa difungsikan sebagai gantinya.
salah satu rumah di Desa Segenter, Lombok

Di Desa Segenter, biasanya satu generasi mendirikan rumah dalam satu area. Rumah orang tua berada di sisi Timur, sedangkan anak-anak menempati rumah yang terletak di depan rumah orang tua (di sisi Barat). Kedua rumah ini saling berhadapan dengan pemisah sebuah Berugak ditengah-tengahnya. Berugak tersebut dibangun dengan ukuran sekitar 4×6 Meter, yang difungsikan sebagai tempat untuk bercengkrama antara orang tua dengan anak. Serta menjadi tempat untuk belajar bersama, dan juga menerima tamu.

Jika suatu keluarga memiliki lebih dari satu anak, maka si adik akan menempati rumah di sebelah kiri(sebelah Utara) rumah sang kakak. Sedangkan lumbung akan ditempatkan pada tempat yang memungkinkan.

Terhitung sekitar 81 rumah yang ada di Desa Adat Segenter ini, yang ditinggali oleh 101 keluarga. Rumah-rumah tradisional tersebut sekarang sedang berada dalam kondisi yang memprihatinkan, karena minimnya dana untuk perawatan. Dindingnya masih berdiri, namun sudah terlihat usang. Atapnya pun sudah mulai rapuh. Beberapa keluarga sudah mulai mengumpulkan dan menyimpan ilalang, namun belum mengganti ilalang yang ada di atap. Biasanya atap ilalang diganti setiap 12 atau 13 tahun sekali.